Dalam Kurun 66 Ribu Tahun Kehidupan Di Bumi Pernah Punah
Peneliti geokimia Massachusetts Institute of Technology, AS mengungkapkan kehidupan di Bumi pernah hancur hanya dalam jangka 66 ribu tahun. Dalam kurun waktu itu, dia mengklaim 90 persen kehidupan punah.
Kesimpulan ini didapatkan setelah peneliti mempelajari kepunahan massal yang pernah melanda Bumi di masa lalu. Kepunahan massal Permian, disebutkan menjadi kepunahan terbesar yang pernah terjadi dalam 540 juta tahun terakhir.
Penulis utama studi ini, Seth Burgess, menjelaskan, kepunahan massal Permian menandai akhir periode geologi Permian sekitar 252 juta tahun lalu. Saat itu, lebih dari 96 persen kehidupan laut dan 70 persen spesies di daratan punah.
Kepunahan kehidupan ini lebih besar dibandingkan kepunahan pada masa akhir periode geologi Cretaceous, 66 juta tahun lalu, yang mana dinosaurus juga punah."Ini adalah salah satu titik kunci perubahan lintasan kehidupan di Bumi. Ini mengatur sisa evolusi," jelas Burgess.
Jejak kepunahan dahsyat Permian bisa dilihat dari sisa bebatuan di wilayah Meishan, China. Dalam sepuluh tahun terakhir, ratusan ahli ahli geologi mengumpulkan, menganalisis batuan Meishan sebelum, selama, dan setelah kepunahan Permian.
Peneliti mengatakan, analisis batuan di wilayah ini dapat membantu memahami peristiwa Permian itu. Peneliti menganalisis abu vulkanik yang terjalin dengan batuan laut Meishan, yang memiliki mineral kecil (zircon).Dengan teknik geokimia, peneliti dapat mengungkap usia jejak geologi tersebut.
Guna mendapatkan hasil maksimal, Burgess dan kolega penelitinya, mengukur dengan teknik karbon dating Zircon dengan melibatkan uranium. Cara ini untuk memancing perkiraan usia Zircon.
Alhasil, penanggalan menunjukkan kepunahan massal Permian terjadi mulai 251,941 juta tahun lalu (dengan kurang lebih 37 tibu tahun) dan berakhir pada 251,880 juta tahun lalu (kurang lebih 31 juta tahun).
Masa kepunahan itu menandai awal periode Triassic, era reptil purba, sekitar 252-200 juta tahun lalu. Penanggalan itu cocok dengan temuan fosil gigi Hindeodus parvus, makhluk yang mirip dengan belut.
Penyebab Kepunahan
Untuk musabab kepunahan massal itu, peneliti mendapatkan kondisi lingkungan saat kejadian itu. Studi menunjukkan terdapat peningkatan karbon dioksida secara tiba-tiba dan singkat pada batuan Permian.Penelitian sebelumnya mengatakan kepunahan didahului dengan peningkatan karbon dioksida.
"Ini mendahului kepunahan sampai 20 ribu tahun atau lebih dan kepunahan berlangsung 10 sampai 15 ribu tahun. Ini peristiwa yang sangat pendek," jelas Burgess.Dugaan penyebab kepunahan lain, suhu permukaan laut meningkat 10 derajat celsius selama periode mulainya kepunahan dan pada awal periode Triassic.
Kondisi itu dibarengi dengan kenaikan karbon dioksida secara tiba-tiba, yang mungkin membuat lautan semakin asam."Model usia presisi tinggi dan akurat memberi kita ukuran yang dapat dipercaya, memungkinkan kita dapat membandingkan semua hal yang mengawali kepunahan massal itu," imbuhnya.
Tim peneliti menerapkan teknik penanggalan yang sama untuk mengukur salah satu penyebab kepunahan Permian, yaitu batuan vulkanik dari Siberian Trap, curahan vulkanik terbesar di Bumi.
Temuan ini telah dipublikasikan di Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Kesimpulan ini didapatkan setelah peneliti mempelajari kepunahan massal yang pernah melanda Bumi di masa lalu. Kepunahan massal Permian, disebutkan menjadi kepunahan terbesar yang pernah terjadi dalam 540 juta tahun terakhir.
Penulis utama studi ini, Seth Burgess, menjelaskan, kepunahan massal Permian menandai akhir periode geologi Permian sekitar 252 juta tahun lalu. Saat itu, lebih dari 96 persen kehidupan laut dan 70 persen spesies di daratan punah.
Kepunahan kehidupan ini lebih besar dibandingkan kepunahan pada masa akhir periode geologi Cretaceous, 66 juta tahun lalu, yang mana dinosaurus juga punah."Ini adalah salah satu titik kunci perubahan lintasan kehidupan di Bumi. Ini mengatur sisa evolusi," jelas Burgess.
Jejak kepunahan dahsyat Permian bisa dilihat dari sisa bebatuan di wilayah Meishan, China. Dalam sepuluh tahun terakhir, ratusan ahli ahli geologi mengumpulkan, menganalisis batuan Meishan sebelum, selama, dan setelah kepunahan Permian.
Peneliti mengatakan, analisis batuan di wilayah ini dapat membantu memahami peristiwa Permian itu. Peneliti menganalisis abu vulkanik yang terjalin dengan batuan laut Meishan, yang memiliki mineral kecil (zircon).Dengan teknik geokimia, peneliti dapat mengungkap usia jejak geologi tersebut.
Guna mendapatkan hasil maksimal, Burgess dan kolega penelitinya, mengukur dengan teknik karbon dating Zircon dengan melibatkan uranium. Cara ini untuk memancing perkiraan usia Zircon.
Alhasil, penanggalan menunjukkan kepunahan massal Permian terjadi mulai 251,941 juta tahun lalu (dengan kurang lebih 37 tibu tahun) dan berakhir pada 251,880 juta tahun lalu (kurang lebih 31 juta tahun).
Masa kepunahan itu menandai awal periode Triassic, era reptil purba, sekitar 252-200 juta tahun lalu. Penanggalan itu cocok dengan temuan fosil gigi Hindeodus parvus, makhluk yang mirip dengan belut.
Penyebab Kepunahan
Untuk musabab kepunahan massal itu, peneliti mendapatkan kondisi lingkungan saat kejadian itu. Studi menunjukkan terdapat peningkatan karbon dioksida secara tiba-tiba dan singkat pada batuan Permian.Penelitian sebelumnya mengatakan kepunahan didahului dengan peningkatan karbon dioksida.
"Ini mendahului kepunahan sampai 20 ribu tahun atau lebih dan kepunahan berlangsung 10 sampai 15 ribu tahun. Ini peristiwa yang sangat pendek," jelas Burgess.Dugaan penyebab kepunahan lain, suhu permukaan laut meningkat 10 derajat celsius selama periode mulainya kepunahan dan pada awal periode Triassic.
Kondisi itu dibarengi dengan kenaikan karbon dioksida secara tiba-tiba, yang mungkin membuat lautan semakin asam."Model usia presisi tinggi dan akurat memberi kita ukuran yang dapat dipercaya, memungkinkan kita dapat membandingkan semua hal yang mengawali kepunahan massal itu," imbuhnya.
Tim peneliti menerapkan teknik penanggalan yang sama untuk mengukur salah satu penyebab kepunahan Permian, yaitu batuan vulkanik dari Siberian Trap, curahan vulkanik terbesar di Bumi.
Temuan ini telah dipublikasikan di Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan dan tidak spam